"INDONESIA ERROR" Terlalu Banyak Drama Print Friendly and PDF -->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

"INDONESIA ERROR" Terlalu Banyak Drama

Rabu, 09 Maret 2022,


"INDONESIA ERROR" Terlalu Banyak Drama


Oleh Agung Marsudi


WONG CILIK memang gak banyak gaya, karena memang gak punya daya. Tapi selalu saja ada yang diwariskan pada generasi berikutnya, yaitu kejujuran dan kepolosan. Apa adanya. Hari ini Selasa, adanya pecel, tahu tempe, dan teh panas. Sudah bahagia.


Berbeda dengan para pangreh praja, dari pusat hingga daerah. Makan paginya teragenda. Menu terukur kandungan nutrisinya. Semua dianggarkan dan dibiayai negara. Tahunya wong cilik, pemerintah kerjanya "tukang perintah, entuk jatah".


Kalau rakyat biasa, asiknya nonton tivi drama, para petinggi negeri asiknya membuat drama. Setiap kebijakan, selalu dibuat drama, alur ceritanya adalah citra, dimunculkan ketegangan, lalu lahir pahlawan.


Tapi, karena rakyat biasa, sudah biasa lihat drama, dan sering jadi figuran, maka tak kagetan. Mau tunda pemilu, mau memperpanjang masa bodo jabatan, mau amandemen, semua drama di mata rakyat biasa. Sebelas duabelas.


Untuk koalisi gendut, perlu isi perut. Untuk duapuluh duaempat, perlu cepat. Amunisi, gizi, pundi-pundi sudah dikunci. Kode brankasnya tersembunyi. Negara punya konstitusi, tapi dijadikan ladang uang demokrasi. Pasal dihapus dan diganti, suka-suka oligarki.


Di era kepak sayap oligarki, politik itu komoditas, bukan ideologi. Demokrasi struktural kok binal. Negara demokrasi itu adalah negara paling lemah dan tidak ditakuti, karena rentan oligarki. Yang kaya memberi dana. Yang miskin menjual suara.


Mau Menor, mau minor, Indonesia terlalu banyak gaya, "Indonesia Error"


Menor, identik dengan wanita, berikut dandanannya. Menor itu mencari perhatian. Minor minta diperhatikan. Orang kaya di Indonesia itu minoritas, tapi difasilitasi oleh negara. Cukong suap negara, rakyat miskin jual suara. 


Rakyat miskin yang mayoritas tak diberi apa-apa. Sementara dalam suksesi politik, rakyat miskin diminta suaranya. Presiden bisa menang karena pilihan orang-orang miskin, bukan orang-orang kaya. Demokrasi suara terbanyak, adalah komoditas yang laku di pasar, dan biasa diperjualbelikan.


Indonesia, memang terlalu banyak drama. Dikira rakyat terpesona. Lebah berdengung di medsos, itu hanya "ndobos" lalu rakyat terhipnotis dan "nyoblos".


Di bumi Pancasila, sihir mbak Mlenuk, selalu membuat "klepek-klepek" para petugas partai. Tak loyal, terpental. Itulah mantra demokrasi paling sakral.


Presiden seumur hidup, ketua seumur hidup. Itulah Jadup, jatah hidup.



Solo, 8 Maret 2022

TerPopuler