Kroya dan Intelijen Metafisik Print Friendly and PDF -->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

Kroya dan Intelijen Metafisik

Rabu, 16 Maret 2022,


Kroya dan Intelijen Metafisik


Oleh Agung Marsudi


AKHIRNYA aku bisa menulis di Kroya, Rabu jelang siang (16/3). Stasiun tua itu juga menjadi saksi kolonialisme Belanda. Bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda masih berdiri kokoh di sepanjang stasiun, dengan genteng-genteng tebal merah bata, dan pohon beringin raksasa.


Saya duduk sendiri menunggu kereta Kutojaya, mau ke Tasikmalaya. Ruang tunggu keberangkatan sepi. Tak ada keriuhan, bersih dan tenang.


Telepon berdering, ada panggilan masuk, berkabar rencana demo emak-emak di Jakarta. Padahal baru saja presiden dan gubernur se-Indonesia berkemah di Nusantara. Berkemah ala Pramuka, bukan para muka.


Tak soal.


Jadi ingat, catatan bung Hendrajit;


"Gegara Jokowi berkemah, membuat saya makin giat mendalami ilmu di balik segala sesuatu. Apa hikmah di balik soal tenda ini buat kita? Lepas dari keanehan dan ketidaklaziman Mr. Presiden". 


"Bedanya pak Harto dan Jokowi. Kalau pak Harto menyebar bunga  wijayakusuma di 25 propinsi dengan penuh kerahasiaan bahkan semacam operasi intelijen metafisik, Jokowi malah ditransparankan. Semua orang yang berkepentingan maupun yang tidak berkepentingan, pada tahu semua".


Jam 11.35 WIB dengan pasti, Kutojaya menggerakkan kaki seribunya menuju Tasikmalaya, "Mutiara dari Priangan Timur". Sambil menikmati sarsaparila, kutinggalkan Kroya, dengan tangisan banjirnya.


Mencari sisik melik, dari jalur kidul Indonesia. Dua puluh dua empat (2024), Maju mapan (5758).


Lima tujuh lima delapan, camjikia. Semar mendem di nusantara.



Kroya, 16 Maret 2022

TerPopuler