TUNDUK PADA NEGARA Print Friendly and PDF -->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

TUNDUK PADA NEGARA

Kamis, 03 Maret 2022,


"TUNDUK PADA NEGARA"


Oleh Agung Marsudi


SELASA malam, setelah Solo diguyur hujan sore, saya memang mau sendiri di Suwasana Kopi, sebelum Tirtonadi. Saya pingin menikmati Teriyaki, ditemani Jack & Rose.


Suwasana Kopi memang cozy, bersih, nyaman, dengan pramusaji yang sopan, manis, dan modis. 


Di ruang depan, dengan sofa krem empuk, saya duduk. Belum lima menit mata saya tertuju pada sebuah buku kecil, modul Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Paket B Setara SMP/MTs Kelas IX, berjudul "Tunduk pada Negara".


Modul setebal 40 halaman itu ditulis oleh seorang dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES), Jawa Tengah. Terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020)


Yang menggelitik, adalah cerita tentang kebetulan-kebetulan, istilah sahabat saya dokter Zul "manajemen gaib".


Ia, seorang aktivis yang dokter, alumni Universitas Airlangga, Surabaya, yang sendirian menempuh upaya hukum, menggugat MPR RI, dan para turut tergugat seperti Presiden, DPD RI, DPR RI, Ketua 9 partai politik dan lain-lain. Terkait menolak UUD 1945 palsu. Selasa (1/3/2022) bertepatan dengan peringatan Serangan Umum 1 Maret, ia melakukan Kasasi ke Mahkamah Agung.


Kebetulan baru saja, ia mengundang saya untuk menjadi pembicara dalam diskusi di Jakarta, terkait perjuangan kembali ke UUD 1945 Asli itu, lalu cerita tentang kedaulatan dan negara. Tiba-tiba di depan mata saya ada buku kecil, berjudul, "Tunduk pada Negara".


Di paragraf pertama, halaman 5, karya Dr. At. Sugeng Priyanto, M.Si. itu, tertulis: "Perbincangan tentang istilah "kedaulatan" sudah berlangsung lama, khususnya oleh para pemikir negara. Perbincangan tersebut berkenaan dengan sumber kekuasaan negara. Dari manakah sumber kekuasaan negara itu, sehingga mampu mengatur rakyatnya?"


Di Negeri, Kepak Sayap Oligarki, Negoro, Negara, Nagara, Nangroe; atas nama tiga suku kata itu, suara ketok palu menjadi enak didengar dan perlu.


"Kekuasaan itu memabukkan". Seperti candu. Seperti Petruk Dadi Ratu. Seperti ibu hamil yang sedang nyidam, lalu tiba-tiba pingin tunda pemilu.



Solo, 3 Maret 2022

TerPopuler