CERITA TIWUL
Print Friendly and PDF
-->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

CERITA TIWUL

Jumat, 02 Mei 2025,


 

Oleh Agung Marsudi

Melengkapi cerita tentang desa


DI BAWAH rumpun bambu di samping batu-batu besar di pinggir kali, yang membawa nyanyian air jernih dari gunung Lawu itu ada guci-guci dan sedikit emas peninggalan masa lalu.

Ini hanya cerita tiwul, diawali Gareng pung yang bernyanyi memanggil pasangannya datang dengan puisi. Lalu menikmati pagi, membuka hari dengan tiwul, yang dibungkus daun pisang muda, menu masa lalu yang terlupa. Kelezatan olahan gaplek singkong Ngawi ini, membuat tubuh kita "kong", dan perkasa.

6 pucuk dupa Sekar Sandat harumnya menyelinap di antara pohon-pohon mahagoni samping omah kopi, sinar matahari menghangatkan pohon-pohon jati yang sepanjang malam berselimut embun.

Suara gemericik air sungai Ngipik, seperti orkestra, dawai semesta. Tak ada yang berani menghentikannya. Seekor burung podhang, berbulu kuning halus, bermain di atas dahan Gabon. Tupai-tupai berekor panjang, dari ranting ke ranting, melompat riang.

Merayakan cinta di desa, dengan ikut panen kapulaga, membuat hidup menjadi berharga. Kapulaga Jawa, salah satu jenis rempah asli nusantara yang beraroma khas penambah rasa, telah membuat bangsa Eropa terpesona.

Kapulaga memiliki aroma yang sedap sehingga orang Inggris menyanjungnya sebagai grain of paradise. Para penjajah pun bergiliran datang gara-gara tanaman rempah ini. Kini kapulaga adalah rempah termahal ke-3 setelah Saffron dan Vanili. Kapulaga juga dijuluki sebagai “Queen of Spice” Ratunya Rempah-Rempah.

Desa selalu menawarkan kedamaian dan rasa cinta berbeda. Di sana jati diri bangsa dijaga. Desa yang melahirkan Indonesia.

"Mangan ora mangan, tiwul"


Ngawi, 2 Mei 2025

TerPopuler