"Paradoks Migas Riau: PHR, PHP, PHK"
Print Friendly and PDF
-->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

"Paradoks Migas Riau: PHR, PHP, PHK"

الخميس، 2 أكتوبر 2025,



Oleh Agung Marsudi
Pemerhati Geopolitik

NUSANTARAEXPRESS, RIAU - PADA 8 Agustus 2021, kontrak Chevron di Blok Rokan, provinsi Riau berakhir. Tak terasa sudah 4 tahun penggantinya, PT Pertamina Hulu Rokan beroperasi. Bagi masyarakat tempatan khususnya, kehadiran Pertamina Hulu Rokan, selanjutnya disebut PHR memang seperti tak terasa. Sebab fakta obyektifnya dimana-mana dikeluhkan makin susahnya mendapat proyek, sulitnya mendapat pekerjaan.

Ucapan selamat datang kepada PHR di bumi Melayu, yang awalnya disambut dengan penuh harapan, kini seperti pepesan kosong. Bahasa gaulnya PHP atau "Pemberi Harapan Palsu". Realitas pahitnya dunia migas Riau adalah paradoks. Riau seperti negeri tak bertuan. Di bawah minyak, di atas minyak, tapi kesejahteraan seperti tumpukan proyek-proyek mangkrak. Pengangguran, dan kemiskinan merata-rata.

Pemerintah pusat tutup mata, pemerintah daerah meraba-raba. Mimpi kesejahteraan dan kedaulatan energi di Riau, laksana peta buta. Tak punya arah. Sementara semua daerah masih berebut berkah. DBH sebagai tuah.

Participating Interest (PI) 10% untuk BUMD provinsi Riau, menguap entah kemana. Tak ada dialektika, antara para stakeholder dan masyarakat. Informasi tentang data dan mekanisme PI 10% serta rumus-rumus pembagian DBH seperti dokumen rahasia, dan tertutup (sengaja ditutupi). Padahal undang-undang mengamanahkan adanya transparansi (keterbukaan publik).

Di era Jokowi, perusahaan-perusahaan Cina terlanjur mengadu nasib di ladang-ladang minyak Riau. Kesenjangan kesempatan makin lebar. Lulusan sekolah berdesakan mau masuk kerja, yang sudah bekerja malah di PHK.

Nasib Migas Riau seperti makan buah simalakama. Tak ada hubungan antara proyek, produksi dan pengangguran. "Realitas nasib buruh migas gaji 3 koma. Diterima tiga hari langsung koma". Paradoks yang entah sampai kapan bisa diselesaikan.

Sementara di luar mulai terdengar, gagasan Daerah Istimewa Riau (DIR) yang makin menggelinding. Jika dukungan politik mengalir, dan bola ditendang ke pusat, akankah menjawab semua persoalan di negeri yang menghidupi negeri ini?

Kekuatan dan kearifan lokal harus terus diperjuangkan. Karenanya, gubernur dan para bupati di Riau seyogyanya tak pura buta, pura tuli dengan realitas ini. Asik leguh-legah, antara merawat marwah atau menunggu "tuah"

"Right now or not at all"


Duri, 1 Oktober 2025

TerPopuler