“Bicara dan bertindak tanpa keraguan sedikitpun, apapun resikonya.”
NUSANTARA EXPRESS, RIAU – Tepat pukul 20.19 WIB terdengar bunyi notifikasi pesan Whats App. Ternyata sebuah pesan dari Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Wilson Lalengke setelah beberapa hari Landing dari New York di Podium Gedung Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Redaksi NusantaraExpress hanya menanyakan satu kalimat : Apa kunci memperpendek waktu Pak Ketum. dari 50 Tahun berkepanjangan Konflik Sahara bisa diputus hanya dengan waktu 1 Jam saat di Gedung PBB ?
Ketua Umum PPWI Wilson Lalengke menjawab dengan singkat : “Bicara dan bertindak tanpa keraguan sedikitpun, apapun resikonya.”
Langkah berani dilakukan oleh Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI),
Wilson Lalengke, S.Pd., M.Sc., MA, yang juga Alumni PPRA-48 Lemhannas RI
tahun 2012 dalam forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam waktu hanya
satu jam pidato, beliau berhasil menggugah kesadaran dunia dan mendorong PBB
turun tangan secara langsung terhadap isu pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) di wilayah konflik Sahara Barat, yang telah berlangsung selama
lebih dari 50 tahun.
Kebuntuan Lima Dekade Pecah di Forum Internasional
Konflik panjang di Sahara Barat selama ini menjadi simbol kegagalan
diplomasi global. Namun, suasana berubah ketika Wilson Lalengke Ketua Umum Persatuan
Pewarta Warga Indonesia (PPWI) berdiri di podium PBB, membawa suara kemanusiaan
dengan penuh keyakinan.
Beliau tidak datang sebagai pejabat negara, melainkan sebagai wakil nurani
rakyat dunia melalui PPWI - organisasi jurnalis warga yang konsisten
memperjuangkan nilai-nilai keadilan universal.
“Saya berbicara bukan untuk siapa pun, tapi untuk kemanusiaan. Kuncinya,
bicara dan bertindak tanpa keraguan sedikitpun, apapun resikonya.”
Wilson Lalengke, Ketum PPWI
Diplomasi Hati dan Fakta
Berbeda dari pendekatan diplomatik konvensional, Wilson mengedepankan diplomasi moral dan kemanusiaan. Dalam paparannya, ia menyampaikan data faktual pelanggaran HAM, disertai kesaksian nyata warga Sahara yang hidup di bawah tekanan dan keterbatasan.
Pernyataan beliau tidak disampaikan dengan nada menuding, melainkan mengajak
dunia untuk melihat kembali nurani kemanusiaannya.
Aktivis hak asasi manusia dan jurnalis Indonesia, Wilson Lalengke, menyampaikan pidato yang menyentuh hati di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rabu, 08 Oktober 2025. Dalam pidatonya, dia mendesak masyarakat internasional untuk segera melakukan penyelidikan independen atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di kamp-kamp pengungsi Tindouf di wilayah Aljazair. Seperti yang dilansir oleh media ini sebelumnya.
Bahasa Perdamaian, Bukan Konfrontasi
Dalam sejarah panjang konflik Sahara, banyak pihak datang ke PBB membawa
tuntutan keras. Namun, Wilson justru memilih bahasa perdamaian.
Beliau menegaskan pentingnya dialog bermartabat, penyelamatan hak-hak warga
sipil, dan keterlibatan aktif lembaga dunia dalam mencari solusi
berkeadilan.
Sidang komite, yang diadakan di Ruang Konferensi 4 di Markas Besar PBB, dihadiri oleh para diplomat, perwakilan masyarakat sipil, dan pengamat media. Pidato Wilson Lalengke merupakan salah satu dari sejumlah petisioner yang diajukan selama tiga hari, masing-masing dibatasi hingga tiga menit dan didukung oleh layanan penerjemahan langsung.
Ketegasan Waktu dan Kejernihan Pesan
Sebagai alumni pendidikan kebijakan publik dan komunikasi internasional
di Eropa, Wilson Lalengke memahami betul arti efisiensi dan presisi dalam forum
global.
Dengan waktu yang terbatas, beliau menyusun argumen yang terstruktur, logis,
dan berdaya dorong tinggi.
Pidato itu menjadi pemicu tindakan nyata: tak lama setelahnya, PBB mengumumkan pembentukan tim khusus untuk meninjau ulang pelanggaran HAM di Sahara Barat.
PPWI: Dari Indonesia untuk Dunia
Wilson menegaskan bahwa kehadirannya di PBB adalah bagian dari misi
kemanusiaan PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia).
Organisasi ini berdiri atas dasar prinsip bahwa jurnalisme warga bukan hanya
menyampaikan berita, tapi juga memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan
universal.
“PPWI lahir untuk menjadi jembatan nurani rakyat — dari Indonesia untuk
dunia,”
tegas Wilson.
Diplomasi Nurani Menembus Batas Waktu
Dalam satu jam, Ketua Umum PPWI membuktikan bahwa suara kebenaran
tidak mengenal batas politik maupun waktu.
Melalui keberanian moral, kecerdasan komunikasi, dan ketulusan niat, Wilson
Lalengke menunjukkan kepada dunia bahwa bahkan konflik setengah abad pun dapat
dilunakkan dengan kekuatan hati dan kata yang benar.
Riau, 1 Nopember 2025
Mislam Samasi
