ELAEIS, MENANGIS DI BENGKALIS Print Friendly and PDF -->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

ELAEIS, MENANGIS DI BENGKALIS

Senin, 16 Mei 2022,


ELAEIS, MENANGIS DI BENGKALIS


Oleh Agung Marsudi


SETELAH kota Duri diguyur hujan deras plus petir, hampir dua jam, cuaca yang selama ini panas dan gerah, hari Minggu (15/5/2022) terasa sejuk dan berkah. Yang kering jadi basah. Meski langit masih diselimuti mendung tipis.


Kerinduan saya pada kota Duri, terobati dengan segelas kopi di Kedai Kopi Apin, Jalan Sudirman.


Duri masih seperti dulu, tak ada perubahan yang berarti. Distribusi barang dan orang tak menadi. Urat nadi ekonomi, antara industri migas dan sawit berseliweran begitu saja, di depan mata. Sejatinya ekonomi hanya berharap di putaran gaji. 


Pemerintah daerah sepertinya tak kesah. Investasi atau upaya stimulan lain yang mempengaruhi PDRB kabupaten Bengkalis, tak tersentuh. Tak gerak, dan tak ada gerakan. Kasus sawit, misalnya tak menjadi isu strategis daerah yang layak diperjuangkan. Meski menyangkut hajat hidup orang banyak, terutama petani sawit, dan pelaku rantai usaha persawitan.


Di Bengkalis, "Elaeis, dibiarkan menangis".


Tak dipungkiri industri sawit masih menjanjikan, kontribusinya nyata, tapi dianggap sebelah mata oleh para pemangku kepentingan daerah, terutama di negeri junjungan.


Setidaknya pemerintah Bengkalis, harus menggunakan momen kasus sawit, untuk berbenah. Lakukan inventarisasi dan monitoring komprehensif, terkait pabrik-pabrik sawit yang berdiri, tapi tak punya kebun. Tercatat, di wilayah Kabupaten Bengkalis, ada 12 PKS yang tak memiliki kebun sawit. 


Di provinsi Riau sendiri, sebanyak 125 unit pabrik kelapa sawit (PKS) diduga kuat tidak memiliki kebun sendiri untuk memasok bahan baku produksi.


Roda ekonomi memerlukan sinergitas seluruh pihak, terutama pemerintah daerah. Sebab hulu seluruh persoalan, sudah dimulai sejak dari perijinan.



Duri, 15 Mei 2022

TerPopuler