Waspada! Pembunuh Karakter Lebih Sadis Dari Pembunuh Bayaran Print Friendly and PDF -->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

Waspada! Pembunuh Karakter Lebih Sadis Dari Pembunuh Bayaran

Selasa, 11 April 2017,
[caption id="attachment_540" align="aligncenter" width="548"] Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional (DPN-PPWI) Wilson Lalengke,S.Pd,M.Sc,MA saat silaturrahmi dengan Pangdam Jaya Mayjend TNI Agus Sutomo.[/caption]

NUSANTARAEXPRESS, SUMBAR - Dunia jurnalisme online, sejak berkembang sekitar tahun 1998 di Indonesia, telah mengalami kemajuan yang signifikan. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi terbaru menjadi salah satu penyebab maraknya media online lahir. Akses yang cepat terhadap informasi menjadi senjata utama media online saat ini.

Dibandingkan dengan media massa lain berbasis cetak dan elektronik,  media online menjadi bentuk media yang paling mudah diakses oleh khalayak. Hal itu dimanfaatkan media online untuk menghadirkan informasi terdepan mendahului media massa cetak dan elektronik yang masih bergantung pada kertas, perangkat radio dan pesawat televisi.

Namun hal itu justru membuat persaingan antar wartawan media online menjadi tidak sehat. Seperti yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Diduga Tidak ada lagi kekompakan dan solidaritas antar wartawan, yang ada justru saling serang, saling menjatuhkan, bahkan melakukan segala cara untuk mendapatkan pengakuan.  Menjilat ke pejabat dan kepala dinas demi mendapat perhatian lebih sambil menjatuhkan wartawan lain yang ia anggap menjadi pesaingnya.

Hal itu yang sekarang dirasakan Joni Hermanto, Pimpinan Redaksi media online SumbarExpress.com dan jurnalis Koran Online Pewarta Indonesia. Meski kehadirannya belum lama  di Tanah Datar, namun dengan segala keunggulan dan potensi yang ia miliki, membuat nama Joni cepat dikenal hingga menyedot perhatian banyak pihak, ditambah lagi dengan sikapnya yang idealis, keras kepala, tidak mau diintervensi, suka melawan arus dan tidak mau diajak kompromi. Hal itu membuat beberapa rekannya merasa tidak nyaman sehingga berupaya menyingkirkannya dan melakukan pembunuhan karakter terhadapnya dengan menyerang pribadinya.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Persatuan Pewarta  Warga Indonesia (DPN-PPWI) Wilson Lalengke,S.Pd,M.Sc,MA menilai selama kita menyikapinya secara positif, persaingan justru akan menolong kita untuk memunculkan puncak potensi yang kita miliki, karena tujuan persaingan adalah untuk menuntut kita memunculkan kreativitas, keahlian dan potensi terpendam yang selama ini belum tergali. “Yang perlu dipastikan adalah, entah persaingan itu terjadi di dalam perusahaan atau antar sesama wartawan dari media yang berbeda, ada batasan-batasan etika yang harus tetap kita pegang. Selama kita terus memegang etika-etika yang ada dalam sebuah kompetisi, maka persaingan adalah sesuatu yang wajar. Hal lain yang juga harus diperhatikan yaitu dalam persaingan tidak boleh ada saling menjatuhkan/saling menyerang,  kita hanya boleh berlomba-lomba mengungguli potensi yang dimiliki oleh ‘pesaing’ kita” Terang Wilson Kepada NusantaraExpress.com Senin (10-04-2017)

Alumni PPRA-48 Lemhannas RI Tahun 2012 itu menambahkan, jika kita saling menjatuhkan/saling menyerang, kompetisi yang ada akan menjadi tidak sehat; perlahan tapi pasti citra profesi wartawan akan mengalami kemerosotan karena digerogoti dari dalam.

“Jika ternyata ada ‘pesaing’ yang menghalalkan segala cara dan memiliki tujuan negatif, hal pertama yang harus kita pastikan adalah tetap memiliki sudut pandang dan sikap hati yang bersih, karena dari situlah kita bisa memastikan bahwa kita tetap memegang rule persaingan yang sehat. Mungkin pihak lainnya mulai keluar dari batasan-batasan etika dari kompetisi yang sehat, tetapi kita tidak boleh ikut-ikutan” Ujar Wilson

Sementara itu, saat dihubungi melalui telpon selulernya, Joni mengaku tidak pernah merespon niat jahat rekannya yang selalu memojokannya itu, justru Joni menyikapi dengn positif.

“Saya akan mencoba untuk mengubah ‘rencana jahat’ dari pesaing-pesaing saya itu menjadi ‘energi penggerak’ bagi diri saya sendiri, atau dengan kata lain, mencoba menyikapi niat jahat pesaing saya itu dengan respon yang positif, sehingga saya berharap bisa membuat niat jahat pesaing saya itu menjadi batu loncatan, bukan batu sandungan. Dengan mengetahui bahwa ada orang yang ingin menjatuhkan saya, saya akan menjadi lebih waspada, sehingga saya pun terus terdorong untuk memaksimalkan potensi-potensi yang saya miliki. Akan tetapi, jika saya meresponi rencana jahat itu secara negatif, saya pun akan mulai terpancing untuk merencanakan hal-hal jahat demi menjatuhkannya”, Tandas Joni dari balik tepon Senin malam (10-04-2017)

Dengan berusaha tegar Joni mengatakan perlunya memiliki sudut pandang dan sikap hati yang bersih. Tanpa sudut pandang dan sikap hati yang bersih, kita akan dengan mudah terjebak dalam persaingan yang bersifat saling serang. “Dalam hal ini (persaingan tidak sehat) tidak ada yang akan diuntungkan, sebaliknya, kedua pihak justru sama-sama dirugikan. Di sisi lain, kalaupun saya berhasil menyingkirkan pesaing saya itu, hal itu tidak akan memberi keuntungan apa-apa bagi saya, karena sama halnya jika kita menaburkan kejahatan, sekali waktu kita pun akan menuai apa yang ditabur itu”, Pungkas Joni sambil menutup telpon. (tim-red)

TerPopuler