Manunggaling Tahu dan Tempe Print Friendly and PDF -->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

Manunggaling Tahu dan Tempe

Kamis, 21 April 2022,



Manunggaling Tahu dan Tempe


Oleh Agung Marsudi


MESKI Bung Karno pernah menyindir dengan istilah "bangsa tempe" tapi kita tetap bangga tidak menjadi "tempe" di antara bangsa-bangsa.


"Cukup, sudah!"



Manunggaling tahu dan tempe, melambangkan persenyawaan sebuah hubungan. Seperti bersatunya TNI dan rakyat, tak bisa dipisahkan. Hubungannya selalu mesra, apalagi di desa-desa. Dulu, ada program ABRI Masuk Desa. 


Bila demo mahasiswa tiba, maka kehadiran tentara selalu disambut dengan tepuk tangan dan rangkulan mesra mahasiswa.


"Tentara itu sederhana, tak banyak gaya," ujar para mahasiswa.


Tahu dan tempe berbahan dasar sama, kedelai. Ia bebijian ajaib yang membuat rakyat Indonesia, turun temurun menikmatinya. Entah karena apa. Bahkan di Banyumas, dikenal tempe mendoan, yang lezat rasanya.


Bagi penikmat angkringan, semua varian tahu dan tempe adalah kesukaan. Apalagi sebelum dimakan, bisa minta dibakar lagi. Mau tahu bacem atau tempe mendoan, semua enak. Enak di mulut, berkah di perut. Tidak seperti kasus Big Data Luhut, yang berbuntut kemelut.


Manunggaling tahu dan tempe adalah isyarat 2024. "Jangan sakiti, rakyat!"



Yogya, April 2022

TerPopuler