Pubertas, "Maunya" Jadi Presiden dan Tuna Sejarah Print Friendly and PDF -->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

Pubertas, "Maunya" Jadi Presiden dan Tuna Sejarah

Jumat, 04 November 2022,



Pubertas, "Maunya" Jadi Presiden dan Tuna Sejarah


Oleh Agung Marsudi


JELANG Pilpres 2024, makin jelas siapa-siapa yang sedang pubertas. Libido politiknya memuncak. "Maunya" jadi presiden, meski di setiap partai ada forum tertinggi pengampilan keputusan. Sepertinya semua ada di "hak prerogratif" Ketua Partai.


Berdalih hak konstitusi, atas nama demokrasi, demi bangsa dan negara, bila rakyat menghendaki, semua sah-sah saja. Pubertas politik tak mengenal usia. Apalagi di era digital, semua makin gatal. Otak binal, bangga menjadi biang sosial.


Politik yang "sumringah" tak boleh tuna sejarah. Padi menguning, ilalang menghijau dari kejauhan, biru langit cerah. Banteng berkeringat, lelah kerja, kerja di bawah pohon beringin, burung Garuda terbang melanglang di angkasa katulistiwa, dari ketinggian begitu berkelasnya Indonesia.


Next Jokowi, Indonesia Berkelas tak semestinya dipimpin oleh mereka yang sedang pubertas. Emosi tak terkendali, maunya sendiri, maunya oligarki. Yang nasionalis ambisius, yang demokrat religius, berdirilah dengan kaki sendiri. Politik adalah investasi. Investasi tak pernah rugi, ketika rakyat diajak bersama, seperti cinta, sehidup semati.


Dengan pubertas, politik jadi bergairah. Sumpah setia pada koalisi merah, dengan payung merah, dengan uang "merah", tanda lupa sejarah.


Kita pemilik sah "Merah Putih", merah di atas putih. Keberanian tak berarti, jika tak dilandasi pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci. NKRI harga mati. Merah Putih harga diri.


Mau Prabowo, Puan, Ganjar, Anies, silakan. Mereka puber, rakyat gobyos "Soto Seger".



Solo, 4 November 2022

TerPopuler