RESIDU PEMILU Print Friendly and PDF -->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

RESIDU PEMILU

Kamis, 08 Februari 2024,

 



Agung Marsudi

Duri Institute


POLARISASI (karena) politik di dunia maya, menjelma, menjadi kubu-kubu nyata. Kebencian adalah residu pemilu, yang kini masih tersisa. Meski aturan "ujaran kebencian" seperti CCTV terpasang dimana-mana.


Di dunia maya, "mereka" jamak saling serang. "Peluru" perang digital menyasar kemana-mana. Peluru itu kaliber propaganda iri, dengki, yang memakan kebaikan, seperti api memakan kayu bakar.


Elit, tetap gagah, berdiri di atas rumput. Sementara akar rumput menahan semua beban hidup. Pesta demokrasi, apapun itu, menyisakan ruang gelap, yang seharusnya diterangi oleh KPU, sebagai penyelenggara pemilu. Kedaulatan bukan hanya rekapitulasi kertas suara.


Kegenitan atawa romantisasi suksesi 2024 memenuhi dinamika politik nasional, padahal relasi kuasa antar partai anggota koalisi bertemu di gang sempit, sarang demit. Intrik dan ketimpangan yang ditarik, ujungnya duit. Ingin berkuasa, tapi miskin daya. Sehingga ingin otoriter bersama-sama.


Sosok yang ditunggu ratusan juta rakyat Indonesia itu, tak lagi trah ningrat, tak kaya, seperti rakyat jelata. Tak juga Satrio Piningit, "Satrio Pinandito, Sinisihan Wahyu". Ia laki-laki biasa yang diusung partai dan gabungan partai. Rakyat mau pilih Anies, Prabowo, Ganjar Pranowo. "Monggo kerso!"


Sementara, takdir Indonesia pasca Jokowi, masih siluet. Sebab ada batu, residu politik perih, di kandung kemih. 


Demokrasi jalan di tempat. Rumput selalu diinjak. Politik bukan lagi harapan. Ia teater besar kekuasaan yang terus diperebutkan, dengan janji palsu kesejahteraan.


Siapapun presidennya, minumnya "teh botol Solo".



8 Februari 2024

TerPopuler