Wilson Lalengke Pecahkan Kebuntuan 50 Tahun Konflik Sahara Hanya Dalam 1 Jam di Gedung PBB
Print Friendly and PDF
-->

CETAK BERITA

Print Friendly and PDF

Translate

Wilson Lalengke Pecahkan Kebuntuan 50 Tahun Konflik Sahara Hanya Dalam 1 Jam di Gedung PBB

Sabtu, 01 November 2025,

 



“Bicara dan bertindak tanpa keraguan sedikitpun, apapun resikonya.”

 

NUSANTARA EXPRESS, RIAU – Tepat pukul 20.19 WIB terdengar bunyi notifikasi pesan Whats App. Ternyata sebuah pesan dari Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia  (PPWI) Wilson Lalengke setelah beberapa hari Landing dari New York di Podium Gedung Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Redaksi NusantaraExpress hanya menanyakan satu kalimat : Apa kunci memperpendek waktu Pak Ketum. dari 50 Tahun berkepanjangan Konflik Sahara bisa diputus hanya dengan waktu 1 Jam  saat di Gedung PBB ?

Ketua Umum PPWI Wilson Lalengke menjawab dengan singkat : “Bicara dan bertindak tanpa keraguan sedikitpun, apapun resikonya.”

  
Langkah berani dilakukan oleh Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI), Wilson Lalengke, S.Pd., M.Sc., MA, yang juga Alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 dalam forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam waktu hanya satu jam pidato, beliau berhasil menggugah kesadaran dunia dan mendorong PBB turun tangan secara langsung terhadap isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di wilayah konflik Sahara Barat, yang telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun.

 

Kebuntuan Lima Dekade Pecah di Forum Internasional

Konflik panjang di Sahara Barat selama ini menjadi simbol kegagalan diplomasi global. Namun, suasana berubah ketika Wilson Lalengke Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) berdiri di podium PBB, membawa suara kemanusiaan dengan penuh keyakinan.
Beliau tidak datang sebagai pejabat negara, melainkan sebagai wakil nurani rakyat dunia melalui PPWI - organisasi jurnalis warga yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai keadilan universal.

“Saya berbicara bukan untuk siapa pun, tapi untuk kemanusiaan. Kuncinya, bicara dan bertindak tanpa keraguan sedikitpun, apapun resikonya.”
Wilson Lalengke, Ketum PPWI

 

Diplomasi Hati dan Fakta

Berbeda dari pendekatan diplomatik konvensional, Wilson mengedepankan diplomasi moral dan kemanusiaan. Dalam paparannya, ia menyampaikan data faktual pelanggaran HAM, disertai kesaksian nyata warga Sahara yang hidup di bawah tekanan dan keterbatasan.

Pernyataan beliau tidak disampaikan dengan nada menuding, melainkan mengajak dunia untuk melihat kembali nurani kemanusiaannya.

Aktivis hak asasi manusia dan jurnalis Indonesia, Wilson Lalengke, menyampaikan pidato yang menyentuh hati di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rabu, 08 Oktober 2025. Dalam pidatonya, dia mendesak masyarakat internasional untuk segera melakukan penyelidikan independen atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di kamp-kamp pengungsi Tindouf di wilayah Aljazair. Seperti yang dilansir oleh media ini sebelumnya.

 

Bahasa Perdamaian, Bukan Konfrontasi

Dalam sejarah panjang konflik Sahara, banyak pihak datang ke PBB membawa tuntutan keras. Namun, Wilson justru memilih bahasa perdamaian.
Beliau menegaskan pentingnya dialog bermartabat, penyelamatan hak-hak warga sipil, dan keterlibatan aktif lembaga dunia dalam mencari solusi berkeadilan.

Sidang komite, yang diadakan di Ruang Konferensi 4 di Markas Besar PBB, dihadiri oleh para diplomat, perwakilan masyarakat sipil, dan pengamat media. Pidato Wilson Lalengke merupakan salah satu dari sejumlah petisioner yang diajukan selama tiga hari, masing-masing dibatasi hingga tiga menit dan didukung oleh layanan penerjemahan langsung.

 

Ketegasan Waktu dan Kejernihan Pesan

Sebagai alumni pendidikan kebijakan publik dan komunikasi internasional di Eropa, Wilson Lalengke memahami betul arti efisiensi dan presisi dalam forum global.
Dengan waktu yang terbatas, beliau menyusun argumen yang terstruktur, logis, dan berdaya dorong tinggi.

Pidato itu menjadi pemicu tindakan nyata: tak lama setelahnya, PBB mengumumkan pembentukan tim khusus untuk meninjau ulang pelanggaran HAM di Sahara Barat.

 

PPWI: Dari Indonesia untuk Dunia

Wilson menegaskan bahwa kehadirannya di PBB adalah bagian dari misi kemanusiaan PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia).
Organisasi ini berdiri atas dasar prinsip bahwa jurnalisme warga bukan hanya menyampaikan berita, tapi juga memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan universal.

“PPWI lahir untuk menjadi jembatan nurani rakyat — dari Indonesia untuk dunia,”
tegas Wilson.

 

Diplomasi Nurani Menembus Batas Waktu

Dalam satu jam, Ketua Umum PPWI membuktikan bahwa suara kebenaran tidak mengenal batas politik maupun waktu.
Melalui keberanian moral, kecerdasan komunikasi, dan ketulusan niat, Wilson Lalengke menunjukkan kepada dunia bahwa bahkan konflik setengah abad pun dapat dilunakkan dengan kekuatan hati dan kata yang benar.

 

Riau, 1 Nopember 2025

Mislam Samasi

 

TerPopuler